PT Wismilak Inti Makmur
merayakan ulang tahun emasnya dengan initial public offering (IPO). Pabrik
rokok asal Surabaya itu menawarkan 30% saham melalui IPO. Mengapa Wismilak
menggelar IPO, dan apa rencana pengembangan bisnisnya? Berikut penuturan Ronald
Walla, Direktur Utama Wismilak, kepada wartawan KONTAN, Agustinus Beo da Costa,
Ahad (18/11) dan Andri Indradie, Selasa (27/11).
PT Wismilak Inti Makmur
(Wismilak Group) adalah holding company. Subsidiary-nya PT Gelora Djaja, yang
bergerak di manufaktur dan PT Gawih Jaya di bagian distribusi. Gelora didirikan
pada September 1962 oleh Lie Koen Lie dan Oei Bian Hok. Lie Koen Lie adalah opa
saya.
Untuk distribusi, agar
bisa kami jalankan sendiri, berdirilah Gawih, singkatan dari
Galan-Wismilak-Hidup Subur. Kami dirikan tahun 1983. Wismilak Inti Makmur
sendiri baru berdiri tahun 1994 sebagai holding company.
Awalnya, kami mulai
memproduksi sigaret kretek tangan (SKT). Tahun 1985, kami bisa membeli mesin
merek Ducofle buatan Prancis. Saat itu, kami mulai produksi sigaret kretek
mesin (SKM). Kami tidak memiliki bisnis selain rokok.
Menurut saya, pebisnis
di zaman sekarang mesti fokus. Kalau bisnis supporting-nya kami ada, seperti
produksi plastik dan laboratorium. Fasilitas laboratorium, selain untuk
kepentingan internal, juga menawarkan jasa pengujian.
Sekarang, Wismilak
berusia 50 tahun. Sepanjang perjalanan, setiap orang, kan, kalau punya mimpi,
harus setinggi-tingginya. Sebagai perusahaan, kami juga terus mengembangkan
diri.
Tahun ini, kami akan
memulai penjualan saham ke investor publik atau initial public offering (IPO).
Hari ini (27/11), kami masih dalam proses roadshow. Sekarang ada di Kuala
Lumpur, Malaysia. Sebelumnya, kami ke Singapura dan Hong Kong. Saya berharap,
IPO bisa sukses dan mendapatkan dana, minimal sekitar Rp 400 miliar.
Sekitar 50% dana hasil
IPO akan kami gunakan untuk memenuhi kebutuhan belanja modal. Sisa dana,
sekitar 30%, untuk kebutuhan modal kerja. Lalu, 20% hasil IPO untuk melunasi
utang bank. Saya optimistis, minat masyarakat mengikuti IPO Wismilak cukup
baik.
Ada dua pertimbangan
kami untuk melakukan IPO. Pertama, kondisi ekonomi.
Sebenarnya kami sudah
merencanakan IPO sejak tahun 1995-an. Waktu itu kami sudah menyiapkan semuanya.
Proses pengurusan IPO juga sudah berjalan. Lantas, ada krisis moneter.
Akhirnya, kami menunda.
Nah, kalau saya
baca-baca, ekonomi sekarang ini mirip dengan situasi di tahun 1995. Tahun 2011,
pertumbuhan ekonomi di atas 6,5%. Itu kan pertumbuhan tertinggi sejak 1997,
sebelum krisis moneter.
Dari total penduduk Indonesia
yang lebih dari 240-an juta jiwa, golongan kelas menengah, alias middle class,
mengalami perkembangan yang pesat. Pada 2004, middle class masih berjumlah
sekitar 20 juta jiwa. Lima tahun kemudian, jumlahnya sudah 50 juta.
Saya baca, jumlah
penduduk golongan itu di 2014 diprediksi mencapai 150 juta. Jumlah middle class
itu lebih tinggi daripada angka di Malaysia, Vietnam, Kamboja dan Thailand. Tren industri rokok
kita juga cenderung bagus. Dari sisi konsumsi, Indonesia merupakan urutan tiga
dunia, di bawah China, dan Rusia. Dari sisi pertumbuhan, industri rokok kita
tiap tahun tumbuh 7%. Dari data pertumbuhan
pendapatan per kapita, bisa Anda lihat bahwa spending untuk produk rokok, jika
dihitung dari income, turun sekitar 4%-5%. Tapi itu akibat kenaikan income,
yang terjadi karena kondisi makroekonomi yang bagus. Secara umum, kondisi
sekarang sedang baik.
Alasan kedua kami IPO
adalah bisnis. Kami menginginkan bisnis perusahaan ini langgeng. Untuk itu,
kami harus meningkatkan profesionalisme. Tren di luar negeri,
perusahaan dikelola secara profesional. Banyak perusahaan yang menjadi
perusahaan publik. Mereka tidak hanya menjadi perusahaan yang profit oriented,
tetapi juga growth oriented. Itu yang ingin kami capai.
Dengan menjadi
perusahaan publik, lebih banyak profesional yang masuk. Perusahaan juga menjadi
lebih transparan. Ini sesuai dengan moto kami: “Bersama Meraih Sukses.” Dengan menjadi
perusahaan publik, kami berharap bisa menguntungkan semua stakeholder, mulai
dari customer, investor, pemegang saham, sampai supplier. Mereka bisa turut
menikmati keuntungan dari status baru Wismilak, yaitu perusahaan terbuka.
Efek kreativitas
Sebagian dana hasil IPO
akan kami gunakan untuk membiayai peningkatan kapasitas produksi. Saat ini,
kapasitas produksi kami agak mepet. Padahal pertumbuhan perusahaan kami cukup
bagus. Jadi, kami ingin menambah mesin untuk mendukung kapasitas produksi.
Sekarang ini, kapasitas
produksi kami mendekati 3 miliar batang per tahun. Angka itu merupakan produksi
total SKT dan SKM. Setelah menambah mesin, kami menargetkan produksi bisa
meningkat 1,5 miliar dari saat ini hingga menjadi 4,5 miliar batang per tahun.
Saya berharap, di
semester satu tahun depan, mesin baru sudah datang, dan sudah bisa berproduksi.
Semoga saja jadwalnya on time, karena kami sudah punya kontrak dengan pemasok.
Setelah ada mesin baru, saya perkirakan produksi SKM saja bisa sekitar 2 miliar
batang per tahun.
Porsi penjualan kami,
sekitar 70% berasal dari SKM, dan 17% disumbang oleh produk SKT. Sisanya
merupakan penjualan produk lain, seperti cerutu dan OPP plastic. Penjualan SKM
yang terbesar masih datang dari produk Diplomat.
Total penjualan kami
tahun lalu sekitar Rp 950 miliar. Laba bersih belum bisa saya sebutkan saat
ini. Yang jelas, jika dibandingkan antara semester satu dengan paruh kedua,
penjualan lebih banyak terjadi di paruh kedua setiap tahunnya.
Perbedaan penjualan ini
terjadi mengikuti masa spending masyarakat. Di saat spending turun, seperti
masa anak masuk sekolah, penjualan menurun. Ada beberapa tantangan
yang harus kami hadapi untuk mengembangkan bisnis ini. Pertama, sumber daya
manusia (SDM). Industri rokok tergolong padat karya, atau butuh banyak tenaga
kerja, terutama tukang linting. Tantangan kami lebih ke bagaimana mengelola
SDM. Mengelola orang dengan baik adalah tantangan tersendiri. Sampai sekarang,
saya juga masih dalam proses belajar. Strategi antara manage tukang linting
dengan SDM di atas tukang linting juga sudah berbeda.
Kedua, tantangan lain
yang tak hanya kami hadapi, tetapi barangkali juga dihadapi pengusaha rokok
lain adalah mengelola pasokan tembakau. Pasokan tembakau Temanggung pernah tak
terorganisir dengan baik di saat panen. Tantangan kami membuat pasokan produksi
konsisten dan lebih baik.
Tantangan-tantangan itu
selalu mengikuti perkembangan zaman. Nilai-nilai perusahaan kami juga sudah
berkembang selama 50 tahun. Kuncinya, kalau perusahaan bisa berevolusi dan
mengikuti perkembangan zaman, pasti ia bisa mengatasi tantangan-tantangan itu.
Prinsipnya, bagaimana
dari segi bisnis, terutama manusianya, bisa memiliki respect, passion, dan
merasa bahagia di tempat kerja. Jika situasi semacam itu terjadi, maka
kreativitas akan timbul. Dampak dari kreativitas
itu luar biasa. Selama ini, kami sudah mencapai situasi itu. Tapi, sebenarnya
kami masih bisa memperbaikinya lagi.
Oleh.
Ronald Walla
Direktur Utama PT Wismilak Inti Makmur
Direktur Utama PT Wismilak Inti Makmur
0 komentar:
Posting Komentar