Jumat, 07 Desember 2012

Profit oriented, juga growth oriented


PT Wismilak Inti Makmur merayakan ulang tahun emasnya dengan initial public offering (IPO). Pabrik rokok asal Surabaya itu menawarkan 30% saham melalui IPO. Mengapa Wismilak menggelar IPO, dan apa rencana pengembangan bisnisnya? Berikut penuturan Ronald Walla, Direktur Utama Wismilak, kepada wartawan KONTAN, Agustinus Beo da Costa, Ahad (18/11) dan Andri Indradie, Selasa (27/11).

PT Wismilak Inti Makmur (Wismilak Group) adalah holding company. Subsidiary-nya PT Gelora Djaja, yang bergerak di manufaktur dan PT Gawih Jaya di bagian distribusi. Gelora didirikan pada September 1962 oleh Lie Koen Lie dan Oei Bian Hok. Lie Koen Lie adalah opa saya.

Untuk distribusi, agar bisa kami jalankan sendiri, berdirilah Gawih, singkatan dari Galan-Wismilak-Hidup Subur. Kami dirikan tahun 1983. Wismilak Inti Makmur sendiri baru berdiri tahun 1994 sebagai holding company.

Awalnya, kami mulai memproduksi sigaret kretek tangan (SKT). Tahun 1985, kami bisa membeli mesin merek Ducofle buatan Prancis. Saat itu, kami mulai produksi sigaret kretek mesin (SKM). Kami tidak memiliki bisnis selain rokok.

Menurut saya, pebisnis di zaman sekarang mesti fokus. Kalau bisnis supporting-nya kami ada, seperti produksi plastik dan laboratorium. Fasilitas laboratorium, selain untuk kepentingan internal, juga menawarkan jasa pengujian.

Sekarang, Wismilak berusia 50 tahun. Sepanjang perjalanan, setiap orang, kan, kalau punya mimpi, harus setinggi-tingginya. Sebagai perusahaan, kami juga terus mengembangkan diri.

Tahun ini, kami akan memulai penjualan saham ke investor publik atau initial public offering (IPO). Hari ini (27/11), kami masih dalam proses roadshow. Sekarang ada di Kuala Lumpur, Malaysia. Sebelumnya, kami ke Singapura dan Hong Kong. Saya berharap, IPO bisa sukses dan mendapatkan dana, minimal sekitar Rp 400 miliar.

Sekitar 50% dana hasil IPO akan kami gunakan untuk memenuhi kebutuhan belanja modal. Sisa dana, sekitar 30%, untuk kebutuhan modal kerja. Lalu, 20% hasil IPO untuk melunasi utang bank. Saya optimistis, minat masyarakat mengikuti IPO Wismilak cukup baik.

Ada dua pertimbangan kami untuk melakukan IPO. Pertama, kondisi ekonomi.
Sebenarnya kami sudah merencanakan IPO sejak tahun 1995-an. Waktu itu kami sudah menyiapkan semuanya. Proses pengurusan IPO juga sudah berjalan. Lantas, ada krisis moneter. Akhirnya, kami menunda.

Nah, kalau saya baca-baca, ekonomi sekarang ini mirip dengan situasi di tahun 1995. Tahun 2011, pertumbuhan ekonomi di atas 6,5%. Itu kan pertumbuhan tertinggi sejak 1997, sebelum krisis moneter.
Dari total penduduk Indonesia yang lebih dari 240-an juta jiwa, golongan kelas menengah, alias middle class, mengalami perkembangan yang pesat. Pada 2004, middle class masih berjumlah sekitar 20 juta jiwa. Lima tahun kemudian, jumlahnya sudah 50 juta.

Saya baca, jumlah penduduk golongan itu di 2014 diprediksi mencapai 150 juta. Jumlah middle class itu lebih tinggi daripada angka di Malaysia, Vietnam, Kamboja dan Thailand. Tren industri rokok kita juga cenderung bagus. Dari sisi konsumsi, Indonesia merupakan urutan tiga dunia, di bawah China, dan Rusia. Dari sisi pertumbuhan, industri rokok kita tiap tahun tumbuh 7%. Dari data pertumbuhan pendapatan per kapita, bisa Anda lihat bahwa spending untuk produk rokok, jika dihitung dari income, turun sekitar 4%-5%. Tapi itu akibat kenaikan income, yang terjadi karena kondisi makroekonomi yang bagus. Secara umum, kondisi sekarang sedang baik.

Alasan kedua kami IPO adalah bisnis. Kami menginginkan bisnis perusahaan ini langgeng. Untuk itu, kami harus meningkatkan profesionalisme. Tren di luar negeri, perusahaan dikelola secara profesional. Banyak perusahaan yang menjadi perusahaan publik. Mereka tidak hanya menjadi perusahaan yang profit oriented, tetapi juga growth oriented. Itu yang ingin kami capai.

Dengan menjadi perusahaan publik, lebih banyak profesional yang masuk. Perusahaan juga menjadi lebih transparan. Ini sesuai dengan moto kami: “Bersama Meraih Sukses.” Dengan menjadi perusahaan publik, kami berharap bisa menguntungkan semua stakeholder, mulai dari customer, investor, pemegang saham, sampai supplier. Mereka bisa turut menikmati keuntungan dari status baru Wismilak, yaitu perusahaan terbuka.


Efek kreativitas

Sebagian dana hasil IPO akan kami gunakan untuk membiayai peningkatan kapasitas produksi. Saat ini, kapasitas produksi kami agak mepet. Padahal pertumbuhan perusahaan kami cukup bagus. Jadi, kami ingin menambah mesin untuk mendukung kapasitas produksi.

Sekarang ini, kapasitas produksi kami mendekati 3 miliar batang per tahun. Angka itu merupakan produksi total SKT dan SKM. Setelah menambah mesin, kami menargetkan produksi bisa meningkat 1,5 miliar dari saat ini hingga menjadi 4,5 miliar batang per tahun.

Saya berharap, di semester satu tahun depan, mesin baru sudah datang, dan sudah bisa berproduksi. Semoga saja jadwalnya on time, karena kami sudah punya kontrak dengan pemasok. Setelah ada mesin baru, saya perkirakan produksi SKM saja bisa sekitar 2 miliar batang per tahun.
Porsi penjualan kami, sekitar 70% berasal dari SKM, dan 17% disumbang oleh produk SKT. Sisanya merupakan penjualan produk lain, seperti cerutu dan OPP plastic. Penjualan SKM yang terbesar masih datang dari produk Diplomat.

Total penjualan kami tahun lalu sekitar Rp 950 miliar. Laba bersih belum bisa saya sebutkan saat ini. Yang jelas, jika dibandingkan antara semester satu dengan paruh kedua, penjualan lebih banyak terjadi di paruh kedua setiap tahunnya.

Perbedaan penjualan ini terjadi mengikuti masa spending masyarakat. Di saat spending turun, seperti masa anak masuk sekolah, penjualan menurun. Ada beberapa tantangan yang harus kami hadapi untuk mengembangkan bisnis ini. Pertama, sumber daya manusia (SDM). Industri rokok tergolong padat karya, atau butuh banyak tenaga kerja, terutama tukang linting. Tantangan kami lebih ke bagaimana mengelola SDM. Mengelola orang dengan baik adalah tantangan tersendiri. Sampai sekarang, saya juga masih dalam proses belajar. Strategi antara manage tukang linting dengan SDM di atas tukang linting juga sudah berbeda.
Kedua, tantangan lain yang tak hanya kami hadapi, tetapi barangkali juga dihadapi pengusaha rokok lain adalah mengelola pasokan tembakau. Pasokan tembakau Temanggung pernah tak terorganisir dengan baik di saat panen. Tantangan kami membuat pasokan produksi konsisten dan lebih baik.

Tantangan-tantangan itu selalu mengikuti perkembangan zaman. Nilai-nilai perusahaan kami juga sudah berkembang selama 50 tahun. Kuncinya, kalau perusahaan bisa berevolusi dan mengikuti perkembangan zaman, pasti ia bisa mengatasi tantangan-tantangan itu.

Prinsipnya, bagaimana dari segi bisnis, terutama manusianya, bisa memiliki respect, passion, dan merasa bahagia di tempat kerja. Jika situasi semacam itu terjadi, maka kreativitas akan timbul. Dampak dari kreativitas itu luar biasa. Selama ini, kami sudah mencapai situasi itu. Tapi, sebenarnya kami masih bisa memperbaikinya lagi.

Oleh.
Ronald Walla
Direktur Utama PT Wismilak Inti Makmur


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More